Barangkali tidak salah kalau dikatakan bahwa istilah Ma'rifatullah,
yang secara bahasa berarti mengenal Allah l
termasuk istilah yang cukup populer di kalangan kaum Musylimin. Karena semua
yang beriman
sepakat meyakini bahwa mengenal Allah l dan, mencintai-Nya merupakan kewajiban
dan tuntutan yang paling utama dalam Islam. Bahkan istilah Marifatullah
selalu diidentikkan oleh Para Ulama Ahlu Sunnah dengan kesempurnaan iman dan
takwa kepada Allah l
Allah l berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمَؤُا
Sedungguhnya yang takut
kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya,
hanyalah orang-orang yang berilmu (mengenal Allah l)
(Fathir 35. 28)
Imam Ibnul Qayyim v berkata:
"Semakin bertambah pengetahuan
seorang hamba tentang
Allah l, maka semakin bertambah pula rasa takut
dan pengagungan hamba tersebut kepada-Nya..., yang kemudian pengetahuannya ini
akan, mewariskan perasaan malu, pengagungan,
pemuliaaan, merasa selalu diawasi, kecintaan,
bertawakal, selalu kembali, serta ridha dan
tunduk kepada perintah-Nya”
(Kitab Raudhatul Muhibbin, hlm. 406)
Syaikh Abdurrahman as-Sa'di v berkata:
“Semakin banyak pengetahuan seseorang
tentang Allah, maka rasa takutnya kepada Allah pun, makin besar, yang kemudian
rasa takut
ini menjadikan dirinya (selalu) menjauh
dari perbuatan-perbuatan maksiat- dan (senantiasa) mempersiapkan diri untuk berjumpa
-dengan
Dzat yang ditakutinya (yaitu Allah l)''
(Kitab Taisirul Kafimir Rahman, hlm. 502)
Namun ironisnya istilah ma'rifatullah yang
agung ini sering disalah artikan dan disalah gunakan oleh sebagian kaum Muslimin.
Lebih parah dari itu, sebagian kalangan
justru membawa Pengertian istilah ini kepada pemahaman yang sangat menyimpang
dan berseberangan dengan syariat Islam yang diturunkan Allah l kepada Rasul-Nya n.
Orang-orang Ahli Tasawuf
mengklaim bahwa metode pemahaman merekalah yang paling dekat dan mudah untuk
mencapai ma'rifatullilh. Akan tetapi, kalau kita amati dengan seksama ternyata
Marifatullah yang mereka maksud bukanlah cara mengenal Allah l melalui wahyu yang
diturunkan-Nya dalam ayat-ayat al-Qur’an
dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah n. Ma'rifatullah yang dikenal di kalangan
mereka
adalah cara mengenal Allah l yang bersumber dari pertimbangan akal
dan perasaan atau ciptaan pimpinan-pimpinan kelompok mereka
bahkan berdasarkan khayalan atau mimpi
yang kemudian mereka namakan mukasyafah (tersingkapnya tabir).
(mukasyafah maksudnya adalah cerita
bohong orang-orang ahli Tasawuf yang beisumber dari bisikan Jiwa dan perasaan
mereka, sama sekali tidak berdasarkan al Qur’an dan Sunnah)
Bahkan sebagian dari Para penganut pemahaman
sesat ini berani mengklaim bahwa metode yang mereka tempuh dalam mencapai
Ma'rifatullah lebih baik dan lebih
mudah daripada metode dalam al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah n. Ini jelas merupakan tipu daya
Iblis yang terlaknat untuk menyesatkan
manusia dari jalan Allah l.
Allah l berfirman:
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ اللَّهَ
يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ
نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ [٣٥:٨]
Maka apakah orang yang
dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini
pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka
sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya;
(Fathir
35. 8)
Imam Ibnul Qayyim v berkata:
"Termasuk tipu daya syaithan adalah apa
yang dia bisikkan kepada orang-orang ahli tasawuf yang bodoh berupa asy-syathahat
(ucapan-ucapan tanpa sadar/igauan) dan penyimpangan besar, yang
ditampakkannya kepada mereka sebagai bentuk
mukhasyafah (tersingkapnya tabir hakikat) dari khayalan-khayalan. Maka syaithan
pun
menjerumuskan mereka dalam berbagai
macam kerusakan dan kebohongan, serta membukakan bagi mereka pintu pengakuan
(dusta) yang sangat besar. Syaithan membisikan kepada mereka bahwa sesungguhnya
di luar ilmu (syariat yang bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah) ada sebuah jalan
(lain) yang jika mereka menempuhnya
maka jalan itu akan membawa mereka
kepada tersingkapnya (hakikat dari segala sesuatu) secara jelas dan membuat
mereka tidak butuh lagi untuk terikat dengan (hukum dalam) al Qur'an dan Sunnah
(?!!)...maka ketika (mereka menempuh jalan yang) jauh dari bimbingan ilmu yang
dibawa Rasulullah n, syaithan pun menampakkan
kepada mereka berbagai macam kesesatan sesuai dengan keadaan mereka, dan
membisikkan khayalan-khayalan ke
(dalam) jiwa mereka, kemudian menjadikan khayalan tersebut seperti benar-benar
nyata sebagai penyingkapan (hakikat dari segala sesuatu) secara jelas. ..(?!l)
(Kitab lghatsatul Lahfan, hlm. 193 -
Mawaridul Aman)
Memahami Ma'rifatullah yang benar
Ahlus Sunnah wal jama'ah meyakini dan menetapkan
bahwa ma'rifatullah yang benar adalah mengenal Allah l dengan nama-
nama-Nya yang maha indah,
sifat-sifat-Nya yang maha sempurna dan perbuatan-perbuatan- Nya yang maha
terpuji, sebagaimana yang
dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur'an
dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah n, tanpa at-tahrif
(menyelewengkan maknanya yang
benar), at-ta'thil
(menolak/mengingkarinya), at-takyif (membagaimanakannya) dan at-tamtsil
(menyerupakannya dengan makhluk).
(Lihat kitab Majmu'ul Fatawa (5/26) dan
Taisirul Wushul, hlm. 11)
Imam Ahmad bin Hambal v berkata:
"Kita tidak boleh menyifati Allah l kecuali dengan sifat yang Dia l tetapkan untuk diri-Nya (dalam al-Qur'an)
dan yang ditetapkan oleh Rasul-Nya n
(dalam hadits-hadits yang shahih), kita tidak boleh melampaui al-Qur'an dan
hadits."
(Dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam Majmu'ul Fatawa (5/26)
Imam Ibnul Jauzi' v berkata:
"Sesungguhnya ma'rifatullah (yang benar)
adalah mengenal zat-Nya, mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta mengenal
perbuatan-perbuatan-Nya."
(Dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam Majmu'ul Fatawa (17/104)
Demikian pula memperhatikan dan merenungi
keadaan alam semesta beserta semua makhluk Allah l di dalamnya yang merupakan tanda-tanda
kemaha kuasaan-Nya dan bukti kesempurnaan ciptaan-Nya.
Allah lberfirman:
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِّلْمُوقِنِينَ [٥١:٢٠]
Dan di bumi itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [٥١:٢١]
dan (juga) pada dirimu
sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
(adz -Dzariyat 51. 20-21)
Jadi, memahami nama-nama dan
sifat-sifat Allah
l
dengan benar adalah satu-satunya pintu untuk bisa mengenal Allah l(ma'rifatullah) dengan pengenalan yang
benar, yang ini merupakan landasan ibadah kepada Allah l Karena salah satu landasan utama
ibadah adalah al-
mahabbah (kecintaan) kepada
Allah l, yang ini tidak
mungkin dicapai kecuali dengan mengenal Allah l
(Lihat kitab Majmu'ul Fatawa (10/84)
dengan pengenalan yang benar melalui pemahaman
terhadap nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Maka, orang yang tidak memiliki
ma'rifutullah (mengenal Allah) yang benar, tidak mungkin bisa beribadah dengan
benar kepada-Nya."
(Lihat kitab Sabilul Huda war Rasyad,
hlm. 401 dan al Qawaidul Mutsla, hlm.17)
Ibnul Qayyim v berkata:
"Barangsiapa yang mengenal Allah l dengan nama-nama, sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya."
Oleh karena itulah, Allah l menjelaskan keterkaitan antara ibadah
kepada-Nya dan pemahaman terhadap nama-nama dan sifat-sifat-
Nya dalam dua ayat al-Qur'an.
(Kitab Madarijus Salikin (3117)
Ayat pertama:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku menciptaknn
jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku
(adz-Dzariyat 51. 56)
Ayat kedua:
اللَّهُ الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ
بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ
اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا [٦٥:١٢]
Allah-lah yang menciptalun
tujuh langit dan seperti itu pula bumi, Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu
mengetahui (memahami) bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu
(ath-Thalaq 65. 12)
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa ibadah
kepada Allah l tidak akan mungkin
dapat diwujudkan oleh seorang hamba dengan benar
kecuali setelah dia mengenal nama-nama
dan sifat-sifat Allah dengan pemahaman yang benar.
Di sini juga perlu diingatkan bahwa ma'rifutullah
ada dua macam.
Pertama:
mengenal Allah l dengan hanya menetapkan keberadaan-Nya
dan sifat-sifat Rububiyah-Nya. Inilah jenis ma'rifutullfrh yang dimiliki oleh
semua manusia, yang beriman maupun kafir dan yang taat inaupun durhaka
kepada-Nya.
Kedua:
Mengenal
Allah l yang menimbulkan rasa
malu, cinta rindu, ketergantungan hati, takut, Selalu kemball merasa bahagia
dan selalu
bersandar kepada-Nya. Inilah ma'rifatullah
yang sempurna dan merupakan pembahasan dalam tulisan ini.
llmu yang paling agung dalam lslam
Memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah
l dengan benar untuk
mencapai ma'rifatullah adalah ilmu yang paling agung dan paling utama secara
mutlak, karena berhubungan langsung dengan Allah l Dzat yang maha sempurna.
Imam Ibnul Qayyim v berkata,
"Sesungguhnya keutamaan suatu ilmu
mengikuti keutamaan obyek yang dipelajarinya karena keyakinan jiwa akan
dalil-dalil dan bukti-bukti
keberadaannya juga karena besarnya
kebutuhan dan manfaat untuk memahaminya. Maka tidak diragukan lagi, bahwa ilmu
tentang Allah, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya adalah ilmu
yang paling agung dan paling utama. Perbandingan ilmu ini dengan ilmu-
ilmu yang lain adalah seperti
perbandingan (kemaha sempurnaan) Allah l
dengan semua obyek yang dipelajari (dalam) ilmu-ilmu lainnya."
(Kitab Miftahu daris Sa’adah (1/86)
Jadi seorang hamba tidak akan mungkin meraih
kebaikan yang hakiki dalam agamanya kecuali setelah dia memahami ilmu yang mulia
ini. Karena mengenal Allah ldengan memahami
nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Adalah landasan utama agama Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhmammad n bahkan semua agama
yang dibawa oleh poara Rasul. Imam Ibnul Qayyim v berkata:
“Kunci
dakwah (semua agama) yang diturunkan Allah l
adalah marifattullah (mengenal Allah dengan memahami sifat-sifat dan nama namaNya)
(Kitab ash-Shawa'iqul Mursalah (1/151)
Oleh karena itu, di dalam al-Qur’an yang
merupakan sebaik-baik pedoman hidup bagi manusia, petunjuk terbesar dan paling
utama
adalah penjelasan tentang nama-nama Allah
yang maha indah dan sifat-sifatnya yang maha sempurna.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah v berkata,
"Di dalam al-Qur'an terdapat penjelasan
(tentang) nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Allah yang lebih
banyak dari penjelasan (tentang) makanan, minuman dan pernikahan di surga.
Ayat-ayat yang mengandung penjelasan
nama- nama dan sifat-sifat Allah l
lebih utama kedudukannya daripada ayat-ayat (tentang)
hari kemudian. Maka ayat yang paling
agung dalam al-Qur'an adalah ayat kursi yang mengandung penjelasan nama-nama
dan sifat-sifat Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat
Imam Muslim dari Nabi Muhammad n bahwa beliau
n bersabda kepada
Ubay bin Ka'ab z“Apakah kamu mengetahui ayat apakah yang paling agung dalam kitabullah
(al-Qur'an)?" , Ubay z menyawab :
(Firman Allah):
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا
هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Allah yang tidak ada sembahan
yang benar kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri sendiri dan menegakkan makhluk-Nya
(al-Baqarah 2. 255)
Maka Rasalullah n menepuk dada Ubay z dengan tangan beliau dan bersabda,
“Ilmu akan menjadi kesenangan bagimu, wahai Abul Mundzir
(Ubay bin Ka'ab z)”
(HR Muslim (no. 810)
Demikian pula surat yang paling utama (dalam
al-Qur'an) adalah Ummul Qur’an (surat al-Fatihah), sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits shahib dari Abu Sa’id Ibnul Mu'alla z, bahwa Rasulullah l bersabda
kepadanya (tentang keutamaan surat al-Fatihah),
"Sesungguhnya belum pernah
diturunkan dalam (kitab) Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an yang seperti surat
al-Fatihah). Inilah tujuh ayat yang (dibaca) berulang-ulang dan al Qur’an yang
agung yang diberikan (oleh Allah l) kepadaku."
(HR. Ahmad (2/357) dari Abu Hurairah z dengan sanad yang shahih)
Dalam surat ini terdapat penjelasan
nama-nama dan sifat-sifat Allah yang lebih agung daripenjelasan (tentang) hari
kemudian di dalamnya.
Dan disebutkan dalam hadits shahih dari
berbagai jalur periwayatan bahwa surat al-ikhlash sebanding (dengan) sepertiga
al-Qur’an.
(HR. al-Bukhari (no. 5013) dan Muslim
(no. 811 dan 812)
Dalam hadits shahih (lainnya), Rasulullah
n memberi kabar
gembira kepada seorang Shahabat z
yang selalu membaca surat al-Ikhlas ini dan dia berkata, “Aku mencintai surat ini karena surat ini (menjelaskan
tentang) sifat ar-Rahman (Allah l), (Rasulullah
n
bersabda),
"Sesungguhnya Allah
mencintainya”
(Dalam hadits ini) Rasulullah n
menjelaskan
bahwa Allah mencintai orang yang senang menyebut
sifat-sifat-Nya l, dan ini adalah pembahasan yang
luas"
Semua keterangan di atas dengan jelas
menunjukkan keutamaan dan keagungan kedudukan ilmu yang mulia ini. Ilmu ini merupakan
landasan utama iman sekaligus pondasi agama Islam yang dibangun di atasnya
semua kedudukan mulia dan tirrgkatan
tinggi dalam agama. Maka tidak akan mungkin bagi seorang hamba untuk mencapai
kebaikan yang
hakiki dalam kehidupannya tanpa
mengenal Allah yang telah menciptakan dan melimpahkan berbagai macam nikmat
kepadanya, baik yang lahir dan batin.
Tidak akan mungkin seorang hamba bisa
beribadah kepada-Nya dengan rasa cinta, mengharapkan rahmat-Nya dan takut
terhadap
siksaan-Nya tanpa dia mengenal kemaha indahan
nama-nama-Nya dan kemaha sempurnaan sifat-sifat-Nya yang semua ini menunjukkan
betapa
Allah maha agung-dan maha tinggi. Dia
satu-satunya yang berhak dibadahi dan tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia
l."
(Lihat kitab Fiqhul Asma-ul husna, hlm.
10)
Salah seorang Ulama salaf mengungkapkan
makna ini dalam ucapannya, "Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia,
mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum
merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini. Lalu ada yang
bertanya: “Apakah kenikmatan yang
paling besar di dunia ini." Ulama itu menjawab, “Cinta kepada Allah,
merasa tenang ketika mendekatkan
diri kepada-Nya rindu untuk bertemu
dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berdzikir dan mengamalkan ketaatan
kepada-Nya”
(Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam
kitab lghatsatul Lahfan (1/72)
Ma'rifatullah yang benar jalan utama untuk meraih kesempurnaan
lman
Anah l berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut
kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu
(mengenal Allah l)"
(Fathir 35. 28)
Dalam hadits yang shahih Rasulullah n bersabda:
"Sesungguhnya aku adalah orang yang paling bertakwa
kepada Allah dan orang yang paling mengenal-Nya diantara kamu sekalian."
(HR al-Bukhari (no. 20) dari 'Aisyah c)
Imam lbnu Katsir v berkata:
'Arti (ayat di atas), 'Hanyalah orang-orang
yang berilmu dan mengenal Allah
l
yang memiliki rasa takut yang benar kepada Allah. Karena semakin sempurna pemahaman
dan penegetahuan (seorang hamba)
terhadap Alah, Dzat yang rnaha mulia
maha kuasa dan maha mengetahui, yang memiliki sifat-sifat yang maha sempurna
dan nama-nama yang maha indah, maka ketakutan (hamba tersebut) kepada-Nya
semakin besar pula."
(Tafsir Ibnu Katsir (3/729)
Inilah jalan utama bahkan jalan pintas
untuk menyempurnakan keimanan dan penghambaan diri seorang mukmin kepada Allah l
Imam Ibnul Qayyim v menggungkapkan hal ini dalam ucapan
beliau, "Perjalanan menuju Allah melalui jalur (memahami) nama-nama dan
sifat-sifat-Nya keadaannya (sungguh)
sangat menakjubkan dan (pintu hidayah) yang dibukakan (melalui jalur ini)
sangat agung. Seorang
hamba (yang menempuh jalur ini) sungguh
telah dibawakan kepadanya kebahagiaan sejati (kesempumaan iman) saat dia tidur
terlentang di atas tempat tidumya, tanpa merasa lelah dan bersusah payah
..."
(Kitab Thaliqut Hijratain, hlm. 334)
Ini bukan suatu yang mengherankan, terutama
kalau kita memahami bahwa semua kedudukan mulia dan agung dalam Islam tidak
akan mungkin dicapai kecuali dengan menyempurnakan pemahaman dan penghayatan kita
terhadap kandungan nama-nama dan sifat-
sifat Allah l.
Karena masing-masing dari nama-nama dan
sifat-sifat Allsh l memiliki pengaruh
yang kuat dalam menumbuhsuburkan keimanan dan
Penghambaan diri kepada-Nya secara
totalitas. Atau dengan kata lain penghambaan diri yang sempurna kepada Allah l dalam semua
bentuknya kembali kepada pemahaman dan penghayatan
makna yang terkandung dalam nama-nama dan sifat-sifat Allah l.
Sebagai contoh, sifat Muraqabatullah
(selalu merasa dalam pengawasan Allah l).
Ini adalah sifat mulia dan kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, bahkan
termasuk tahapan utama dalam menempuh perjalanan menuju ridha Allah l.
Hakikat muraqabatullah adalah seorang
hamba selalu merasakan dan meyakini pengawasan Allah l terhadap (semua keadaannya) lahir dan
batin. Dia merasakan pengawasan-Nya ketika berhadapan dengan perintah-Nya untuk
kemudian dia melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, dan ketika berhadapan
dengan larangan-Nya, untuk kemudian dia berusaha keras menjauhinya dan
menghindarinya.
Inilah yang diungkapkan oleh Rasulullah
n sebagai tingkatan
tertinggi dalam Islam, yaitu kedudukan al-lhsan. Dalam hadits Jibril r yang terkenal, Rasulullah n bersabda:
“(al-Ihsan adalah) engkau
beribailah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Ny a, kalau kamu tidak bisa melihat-Nya
maka sesungguhnya Dia melihatmu”
(HR Muslim no 8)
Kedudukan tinggi ini hanya akan dicapai
oleh seorang hamba dengan taufik dari Allah l,
kemudian dengan pemahaman dan penghayatan
yang benar terhadap nama-nama dan
sifat-sifat AIlah
l,
khususnya yang berhubungan dengan pengawasan, persaksian, penglihatan,
pendengaran dan pengetahuan-Nya yang maha
sempurna. Misalnya, nama Allah
l
ar-Raqib (Yang Maha Mengawasi), asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan), al-Bashir
(Yang Maha Melihat) dan al-Alim (Yang Maha Mengetahui).
Syaikh 'Abdurrahman as-Sa'di v memaparkan pembahasan penting ini
dalam ucapan beliau, " Muraqabatullah adalah termasuk amalan hati yang
paling tinggi (keutamaannya dalam Islam), yaitu menghambakan diri kepada Allah
dengan (memahami dan mengamalkan makna yang terkandung dalam) nama-Nya ar- Raqib
(Yang Maha Mengawasi) dan asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan). Maka, ketika
seorang hamba mengetahui atau meyakini bahwa semua gerakan (aktifitas)",
tidak ada (satu pun) yang luput dari pengetahuan-Nya, dan dia (senantiasa)
menghadirkan keyakinan ini dalam ,
semua keadaannya, ini (semua) akan menjadikannya (selalu berusaha) menjaga
batin (hati)nya dari
(semua) pikiran (buruk) dan angan-angan
yang dibenci Allah, serta menjaga lahir (anggota badan)nya dari (semua) ucapan
dan perbuatan
yang dimurkai Allah serta dia akan
beribadah atau mendekatkan diri (kepada Allah) dengan kedudukan al-ihsan, maka
dia akan beribadah
kepada Allah seakan-akan dia
melihat-Nya, kalau dia tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatnya.
Demikian pula sifat Tawakkal (selalu bersandar
danberserah diri) kepada Allah l. Ini adalah sifat
yang agung dan memiliki kedudukan sangat tinggi dalam Islam. Bahkan kesempurnaan
iman dan tauhid dalam semua jenisnya tidak akan dicapai kecuali dengan
menyempurnakan
tawakkal kepada Allah l. Allah l berfirman:
رَّبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا
[٧٣:٩]
(Dialah) Tuhan masyrik dan
maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia
sebagai pelindung.
(al-Muzzammil 73. 9)
Merealisasikan tawakkal dengan benar
adalah sebab utama yang mengundang pertolongan Allah l bagi hamba-Nya.
Alah l
berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan memberinya rezeki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
(ath-Thalaq 65. 23)
Kedudukan yang mulia ini juga hanya
akan dicapai dengan taufik dari Allah l
kemudian dengan pemahaman dan
penghayatan yang
benar terhadap nama-nama dan
sifat-sifat Allah l, misalnya: al-Hasib
(Yang Maha Memberi Kecukupan), al-Qawiyyu (Yang Maha Kuat), al-Matin (Yang Maha
Kokoh), dan az-'Aziz (Yang Maha Perkasa), juga
kekhususan-Nya dalam sifat-sifat rububiyah,
seperti menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, memberi manfaat
dan mencegah keburukan.
Kedudukan Mahabbatullah (mencintai Allah
l) danmenjadikan-Nya
lebih dicintai dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Ini merupakan ciri
utama orang yang merasakan manisnya
iman dan kesempurnaannya, sebagaimana sabda Rasulullah n, "Ada tiga sifat,
barangsiapa yang
memilikinya malu dia alun
merasakann manisnya iman (kesempurnaan iman): menjadilwn Allah dan rasul-Nya
Iebih dicintai daripada (siapapun) seIain keduanya, mencintai orang lain
semata-mata karena Allah, dan
merasa benci (enggan) untuk
kembali kepada kekafiran setelah diselamakann oleh Allah sebagaimana enggan untuk
dilemparkan ke dalam api”
(HR. al-Bukhari (no. 16 dan 21) dan
Muslim (no. 43)
Kdudukan tertinggi dalam Islam ini hanya
akan diraih dengan taufik dari Allahl
kemudian dengan pemahaman dan penghayatan yang benar terhadap nama-nama dan
sifat-sifat Allah l.
Imam Ibnul Qayyim v berkata,
"Barangsiapa yang mengenal Allah
dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan
mencintai-Nya"
jIuga kedudukan Ridha billahi rabban
(ridha kepada Ailah sebagai Rabb), yang berarti ridha kepada segala perintah
dan larangan-Nya kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang
diberikan dan yang tidak diberikan-Nya.
Ini adalah kedudukan yang sangat ti^ggi
dalam Islam, bahkan ini merupakan ciri utama orang yang telah merasakan
kemani'san dan kesempumaan imarn sebagaimana sabda Rasulullah n:
"Akan merasakan kelezatan atau kemanisan
iman (yaitu) orang yang ridha dengan Allah l sebagai
Robb-nya dan islam sebagai agnmanya serta Nabi Muhammad n sebagai
rasulnya"
(HR. Muslim no. 34)
Kedudukan agung ini hanya akan dicapai dengan
taufik dari Allah l kemudian dengan pemahaman
dan penghayatan yang benar terhadap sifat-sifat Rububiyah dan bahwa Dialah
satu-satunya yang maha mampu melakukan semua itu, seperti menciptakan,
menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, mengatur alam semesta, memberi manfaat
dan mencegah keburukan.
Demikianlatu maka semua sifat
dankedudukan tinggi dalam Islam hanya akan diraih dengan sempurna melalui
pemahaman dan penghayatan
yang mendalam terhadap keindahan
nama-nama Allah l dan kesempumaan
sifat-sifat-Nya.
Sehingga hamba yang paling sempuma
dalam keimanan dan penghambaan diri kepada Allah l dialah yang paling mengenal kandungan nama-nama
dan sifat-sifat-Nya.
Imam Ibnul Qayyim v berkata:
"Orang yang paling sempurna dalam
penghambaan diri (kepada Allah l) adalah orang yang
menghambakan diri (kepada-Nya) dengan (memahami kandungan) semua nama dan
sifat-Nya yang (bisa) diketahui oleh manusia,"
Cara untuk meraih Ma'rifatullah yang benar
Cara yang paling pertama dan utama
adalah berdo’a kepada Allah l, karena di
tangan-Nyalah segala kebaikan dan hanya Dialah yang
Mampu menganugerahkan semua sifat-sifat
yang agung kepada hamba-Nya.
Oleh karena itu, Imam Mutharrif bin Abdillah
bin asy-Syikhkhir v berkata "Aku mengingat-ingat
(merenung-red) apakah yang bisa menghimpun segala kebaikan? Karena kebaikan itu
banyak, puasa, shalat (dan lain-lain). Semua kebaikan itu ada di tangan Allah l, maka jika kamu tidak mampu (memiliki)
apa yang ada di tanganAllah l kecuali dengan memohon
kepada-Nya agar Dia memberikan semua itu kepadamu,
berarti yang bisa menghimpun (semua)
kebaikan adalah berdo’a (kepada Allah l)"
Kemudian berusaha memahami dan menghayati
ayat-ayat al-Qur'an yang mayoritas isinya tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah
l serta penjabaran
dari semua itu.
42 Diriwayatkan oleh Imam A[mad dalam
kitab az-Zuhd, no.
1346).
Secara ringkas, Syaikh Abdur Rahman
as-Sa'di v memaparkan cara untuk
meraih ilmu yang agung ini melalui penghayatan terhadap
kandungan ayat-ayat al-Qur'an, yaitu
dengan menghadirkan makna yang terkandung dalam nama-nama Allah yang maha indah
dan berusaha meresapirya ke dalam hati, agr hati dapat merasakan pengaruh baik
dari kandungan nama- nama tersebut dan dipenuhi dengan ilmu yang paling agung ini.
Sebagai contoh:
v
Nama-nama
Allah l yang mengandung sifat-sifat
maha agung maha besar, maha mulia dan maha tinggi. Kandungan sifat-sifat
ini akan mengisi hati manusia dengan
rasa pengagungan dan pemuliaan terhadap Allah.
v Nama-nama-Nya yang
mengandung sifat- sifat maha indah, maha baik, maha Penyayang dan maha
dermawan. Kandungan sifat-sifat ini akan memenuhi hati manusia dengan kecintaan,
kerinduan, selalu memuji dan bersyukur kepada-Nya.
v Nama-nama-Nya yang mengandung sifat-sifat maha
mulia maha memiliki hikmah atau bijaksana maha mengetahui dan maha kuasa atas segala
sesuatu. Kandungan sifat- sifat ini akan mengisi hati manusia dengan rasa
tunduk, tawaddhu' dan selalu mengakui kelemahan diri di hadapan-Nya.
v Nama-nama-Nya yang mengandung sifat-sifat maha
mengetahui segala sesuatu dengan terperinci, maha meliputi, maha mengawasi dan
maha menyaksikan. Kandungan sifat-sifat ini akan menghadirkan di hati manusia perasaan
selalu dalam pengawasan Allah l dalam semua gerakan
maupun diamnya, selalu menjaga bisikan hatinya dari semua pikiran buruk dan
keinginan rusak.
Nama-nama-Nya yang.mengandung
sifat-sifat maha kaya dan maha lembut. Kandungan sifat-sifat ini akan mengisi
hati manusia dengan.selalu
merasa butuh, tergantung dan
menghadapkan diri kepada-Nya dalam setiap saat dan dalam semua keadaan.
Ilmu yang agung ini ketika meresap
kedalam hati dengan sebab pemahaman yang mendalam terhadap nama-nama dan sifat-sifat
Allah l kemudian penghambaan diri kepada-Nya
dengan kandungan nama-nama dan sifat-sifat tersebut, maka itu menjadi perkara
yang
paling agung dan mulia bagi sgorang
hamba di dunia. Bahkan inilah anugerah terbesar yang Allah l limpahkan kepada hamba-Nya dan
inilah inti serta ruh dari tauhid.
Barangsiapa yang telah dibukakan baginya pintu yang agung ini maka sungguh ia
telah pintu (menuju) tauhid yang murni yang sempurna."
(Lihat kitab al-Qaulus Sadid melalui
perantaraan kitab Fiqhul Asma-il Husna, hlm. 16-17)
Penutup
Demikianlah, semoga tulisan ini
bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kita untuk berusaha meraih kedudukan yang
paling agung dalam
Islam ini dengan taufik dan hidayah-Nya.
44 Lihat ldtab al-Qaulus Sadid melalui
perantaraan krtab Fiqhul
Asm6-il Husn6, hfm. 1 6-1 7)
0 komentar:
Posting Komentar