Home » » Marifattullah gerbang utama menuju kesempurnaan Iman kepada Allah

Marifattullah gerbang utama menuju kesempurnaan Iman kepada Allah

Written By faizin on Minggu, 20 Oktober 2013 | 06.09



Marifattullah gerbang utama menuju kesempurnaan Iman kepada Allah
Barangkali tidak salah kalau dikatakan  bahwa istilah Ma'rifatullah, yang secara bahasa berarti mengenal Allah l termasuk istilah yang cukup populer di kalangan kaum Musylimin. Karena semua yang beriman
sepakat meyakini bahwa mengenal Allah l dan, mencintai-Nya merupakan kewajiban dan tuntutan yang paling utama dalam Islam. Bahkan istilah Marifatullah selalu diidentikkan oleh Para Ulama Ahlu Sunnah dengan kesempurnaan iman dan takwa kepada Allah l
Allah l berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَؤُا 
Sedungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu (mengenal Allah l)
(Fathir 35. 28)

Imam Ibnul Qayyim v berkata:
"Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba tentang
Allah l, maka semakin bertambah pula rasa takut dan pengagungan hamba tersebut kepada-Nya..., yang kemudian pengetahuannya ini
akan, mewariskan perasaan malu, pengagungan, pemuliaaan, merasa selalu diawasi, kecintaan,  bertawakal, selalu kembali, serta ridha dan
tunduk kepada perintah-Nya”
(Kitab Raudhatul Muhibbin, hlm. 406)

Syaikh Abdurrahman as-Sa'di v berkata:
“Semakin banyak pengetahuan seseorang tentang Allah, maka rasa takutnya kepada Allah pun, makin besar, yang kemudian rasa takut
ini menjadikan dirinya (selalu) menjauh dari perbuatan-perbuatan maksiat- dan (senantiasa) mempersiapkan diri untuk berjumpa -dengan
Dzat yang ditakutinya (yaitu Allah l)''
(Kitab Taisirul Kafimir Rahman, hlm. 502)

Namun ironisnya istilah ma'rifatullah yang agung ini sering disalah artikan dan disalah gunakan oleh sebagian kaum Muslimin.
Lebih parah dari itu, sebagian kalangan justru membawa Pengertian istilah ini kepada pemahaman yang sangat menyimpang dan berseberangan dengan syariat Islam yang diturunkan Allah l kepada Rasul-Nya n.

Orang-orang Ahli Tasawuf mengklaim bahwa metode pemahaman merekalah yang paling dekat dan mudah untuk mencapai ma'rifatullilh. Akan tetapi, kalau kita amati dengan seksama ternyata Marifatullah yang mereka maksud bukanlah cara mengenal Allah l melalui wahyu yang
diturunkan-Nya dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah n. Ma'rifatullah yang dikenal di kalangan mereka
adalah cara mengenal Allah l yang bersumber dari pertimbangan akal dan perasaan atau ciptaan pimpinan-pimpinan kelompok mereka
bahkan berdasarkan khayalan atau mimpi yang kemudian mereka namakan mukasyafah (tersingkapnya tabir).
(mukasyafah maksudnya adalah cerita bohong orang-orang ahli Tasawuf yang beisumber dari bisikan Jiwa dan perasaan mereka, sama sekali tidak berdasarkan al Qur’an dan Sunnah)

Bahkan sebagian dari Para penganut pemahaman sesat ini berani mengklaim bahwa metode yang mereka tempuh dalam mencapai
Ma'rifatullah lebih baik dan lebih mudah daripada metode dalam al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah n. Ini jelas merupakan tipu daya
Iblis yang terlaknat untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah l.
Allah l berfirman:
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ [٣٥:٨]
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya;
(Fathir 35. 8)

Imam Ibnul Qayyim v berkata:
 "Termasuk tipu daya syaithan adalah apa yang dia bisikkan kepada orang-orang ahli tasawuf yang bodoh berupa asy-syathahat (ucapan-ucapan tanpa sadar/igauan) dan penyimpangan besar, yang
ditampakkannya kepada mereka sebagai bentuk mukhasyafah (tersingkapnya tabir hakikat) dari khayalan-khayalan. Maka syaithan pun
menjerumuskan mereka dalam berbagai macam kerusakan dan kebohongan, serta membukakan bagi mereka pintu pengakuan (dusta) yang sangat besar. Syaithan membisikan kepada mereka bahwa sesungguhnya di luar ilmu (syariat yang bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah) ada sebuah jalan (lain) yang jika mereka menempuhnya
maka jalan itu akan membawa mereka kepada tersingkapnya (hakikat dari segala sesuatu) secara jelas dan membuat mereka tidak butuh lagi untuk terikat dengan (hukum dalam) al Qur'an dan Sunnah (?!!)...maka ketika (mereka menempuh jalan yang) jauh dari bimbingan ilmu yang dibawa Rasulullah n, syaithan pun menampakkan kepada mereka berbagai macam kesesatan sesuai dengan keadaan mereka, dan
membisikkan khayalan-khayalan ke (dalam) jiwa mereka, kemudian menjadikan khayalan tersebut seperti benar-benar nyata sebagai penyingkapan (hakikat dari segala sesuatu) secara jelas. ..(?!l)
(Kitab lghatsatul Lahfan, hlm. 193 - Mawaridul Aman)

Memahami Ma'rifatullah yang benar
Ahlus Sunnah wal jama'ah meyakini dan menetapkan bahwa ma'rifatullah yang benar adalah mengenal Allah l dengan nama-
nama-Nya yang maha indah, sifat-sifat-Nya yang maha sempurna dan perbuatan-perbuatan- Nya yang maha terpuji, sebagaimana yang
dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah n, tanpa at-tahrif (menyelewengkan maknanya yang
benar), at-ta'thil (menolak/mengingkarinya), at-takyif (membagaimanakannya) dan at-tamtsil (menyerupakannya dengan makhluk).
(Lihat kitab Majmu'ul Fatawa (5/26) dan Taisirul Wushul, hlm. 11)

Imam Ahmad bin Hambal v berkata:
 "Kita tidak boleh menyifati Allah l kecuali dengan sifat yang Dia l tetapkan untuk diri-Nya (dalam al-Qur'an) dan yang ditetapkan oleh Rasul-Nya n (dalam hadits-hadits yang shahih), kita tidak boleh melampaui al-Qur'an dan hadits."
(Dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu'ul Fatawa (5/26)

Imam Ibnul Jauzi' v berkata:
 "Sesungguhnya ma'rifatullah (yang benar) adalah mengenal zat-Nya, mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta mengenal perbuatan-perbuatan-Nya."
(Dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu'ul Fatawa (17/104)

Demikian pula memperhatikan dan merenungi keadaan alam semesta beserta semua makhluk Allah l di dalamnya yang merupakan tanda-tanda kemaha kuasaan-Nya dan bukti kesempurnaan ciptaan-Nya.
Allah lberfirman:
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِّلْمُوقِنِينَ [٥١:٢٠]
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [٥١:٢١]
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
 (adz -Dzariyat 51. 20-21)
Jadi, memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah l dengan benar adalah satu-satunya pintu untuk bisa mengenal Allah l(ma'rifatullah) dengan pengenalan yang benar, yang ini merupakan landasan ibadah kepada Allah l Karena salah satu landasan utama ibadah adalah al-
mahabbah (kecintaan) kepada Allah l, yang ini tidak mungkin dicapai kecuali dengan mengenal Allah l
(Lihat kitab Majmu'ul Fatawa (10/84)
 dengan pengenalan yang benar melalui pemahaman terhadap nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Maka, orang yang tidak memiliki ma'rifutullah (mengenal Allah) yang benar, tidak mungkin bisa beribadah dengan benar kepada-Nya."
(Lihat kitab Sabilul Huda war Rasyad, hlm. 401 dan al Qawaidul Mutsla, hlm.17)

Ibnul Qayyim v berkata:
 "Barangsiapa yang mengenal Allah l dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya."
Oleh karena itulah, Allah l menjelaskan keterkaitan antara ibadah kepada-Nya dan pemahaman terhadap nama-nama dan sifat-sifat-
Nya dalam dua ayat al-Qur'an.
(Kitab Madarijus Salikin (3117)

Ayat pertama:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku menciptaknn jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku
 (adz-Dzariyat 51. 56)
Ayat kedua:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا [٦٥:١٢]
Allah-lah yang menciptalun tujuh langit dan seperti itu pula bumi, Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui (memahami) bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu
(ath-Thalaq 65. 12)
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa ibadah kepada Allah l tidak akan mungkin dapat diwujudkan oleh seorang hamba dengan benar
kecuali setelah dia mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan pemahaman yang benar.
 Di sini juga perlu diingatkan bahwa ma'rifutullah ada dua macam.
Pertama:
 mengenal Allah l dengan hanya menetapkan keberadaan-Nya dan sifat-sifat Rububiyah-Nya. Inilah jenis ma'rifutullfrh yang dimiliki oleh semua manusia, yang beriman maupun kafir dan yang taat inaupun durhaka
kepada-Nya.
Kedua:
 Mengenal Allah l yang menimbulkan rasa malu, cinta rindu, ketergantungan hati, takut, Selalu kemball merasa bahagia dan selalu
bersandar kepada-Nya. Inilah ma'rifatullah yang sempurna dan merupakan pembahasan dalam tulisan ini.

llmu yang paling agung dalam lslam
Memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah l dengan benar untuk mencapai ma'rifatullah adalah ilmu yang paling agung dan paling utama secara mutlak, karena berhubungan langsung dengan Allah l Dzat yang maha sempurna.
Imam Ibnul Qayyim v berkata,
"Sesungguhnya keutamaan suatu ilmu mengikuti keutamaan obyek yang dipelajarinya karena keyakinan jiwa akan dalil-dalil dan bukti-bukti
keberadaannya juga karena besarnya kebutuhan dan manfaat untuk memahaminya. Maka tidak diragukan lagi, bahwa ilmu tentang Allah, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Perbandingan ilmu ini dengan ilmu-
ilmu yang lain adalah seperti perbandingan (kemaha sempurnaan) Allah l dengan semua obyek yang dipelajari (dalam) ilmu-ilmu lainnya."
(Kitab Miftahu daris Sa’adah (1/86)
Jadi seorang hamba tidak akan mungkin meraih kebaikan yang hakiki dalam agamanya kecuali setelah dia memahami ilmu yang mulia ini. Karena mengenal Allah ldengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Adalah landasan utama agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhmammad n bahkan semua agama yang dibawa oleh poara Rasul. Imam Ibnul Qayyim v berkata:
 “Kunci dakwah (semua agama) yang diturunkan Allah l adalah marifattullah (mengenal Allah dengan memahami sifat-sifat dan nama namaNya)
(Kitab ash-Shawa'iqul Mursalah (1/151)
Oleh karena itu, di dalam al-Qur’an yang merupakan sebaik-baik pedoman hidup bagi manusia, petunjuk terbesar dan paling utama
adalah penjelasan tentang nama-nama Allah yang maha indah dan sifat-sifatnya yang maha sempurna.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah v berkata,
"Di dalam al-Qur'an terdapat penjelasan (tentang) nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Allah yang lebih banyak dari penjelasan (tentang) makanan, minuman dan pernikahan di surga.
Ayat-ayat yang mengandung penjelasan nama- nama dan sifat-sifat Allah l lebih utama kedudukannya daripada ayat-ayat (tentang)
hari kemudian. Maka ayat yang paling agung dalam al-Qur'an adalah ayat kursi yang mengandung penjelasan nama-nama dan sifat-sifat Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim dari Nabi Muhammad n bahwa beliau n bersabda kepada Ubay bin Ka'ab z“Apakah kamu mengetahui ayat apakah yang paling agung dalam kitabullah (al-Qur'an)?" , Ubay z menyawab :
(Firman Allah):
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ 
Allah yang tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri sendiri dan menegakkan makhluk-Nya
(al-Baqarah 2. 255)
Maka Rasalullah n menepuk dada Ubay z dengan tangan beliau dan bersabda,
 “Ilmu akan menjadi kesenangan bagimu, wahai Abul Mundzir (Ubay bin Ka'ab z)”
(HR Muslim (no. 810)

Demikian pula surat yang paling utama (dalam al-Qur'an) adalah Ummul Qur’an (surat al-Fatihah), sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahib dari Abu Sa’id Ibnul Mu'alla z, bahwa Rasulullah l bersabda
kepadanya (tentang keutamaan surat al-Fatihah),
"Sesungguhnya belum pernah diturunkan dalam (kitab) Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an yang seperti surat al-Fatihah). Inilah tujuh ayat yang (dibaca) berulang-ulang dan al Qur’an yang agung yang diberikan (oleh Allah l) kepadaku."
(HR. Ahmad (2/357) dari Abu Hurairah z dengan sanad yang shahih)

Dalam surat ini terdapat penjelasan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang lebih agung daripenjelasan (tentang) hari kemudian di dalamnya.
Dan disebutkan dalam hadits shahih dari berbagai jalur periwayatan bahwa surat al-ikhlash sebanding (dengan) sepertiga al-Qur’an.
(HR. al-Bukhari (no. 5013) dan Muslim (no. 811 dan 812)

Dalam hadits shahih (lainnya), Rasulullah n memberi kabar gembira kepada seorang Shahabat z yang selalu membaca surat al-Ikhlas ini dan dia berkata, “Aku mencintai surat ini karena surat ini (menjelaskan tentang) sifat ar-Rahman (Allah l), (Rasulullah n bersabda),
"Sesungguhnya Allah mencintainya” (Dalam hadits ini) Rasulullah n menjelaskan bahwa Allah mencintai orang yang senang menyebut
sifat-sifat-Nya l, dan ini adalah pembahasan yang luas"
Semua keterangan di atas dengan jelas menunjukkan keutamaan dan keagungan kedudukan ilmu yang mulia ini. Ilmu ini merupakan landasan utama iman sekaligus pondasi agama Islam yang dibangun di atasnya
semua kedudukan mulia dan tirrgkatan tinggi dalam agama. Maka tidak akan mungkin bagi seorang hamba untuk mencapai kebaikan yang
hakiki dalam kehidupannya tanpa mengenal Allah yang telah menciptakan dan melimpahkan berbagai macam nikmat kepadanya, baik yang lahir dan batin.
Tidak akan mungkin seorang hamba bisa beribadah kepada-Nya dengan rasa cinta, mengharapkan rahmat-Nya dan takut terhadap
siksaan-Nya tanpa dia mengenal kemaha indahan nama-nama-Nya dan kemaha sempurnaan sifat-sifat-Nya yang semua ini menunjukkan betapa
Allah maha agung-dan maha tinggi. Dia satu-satunya yang berhak dibadahi dan tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia l."
(Lihat kitab Fiqhul Asma-ul husna, hlm. 10)
Salah seorang Ulama salaf mengungkapkan makna ini dalam ucapannya, "Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini. Lalu ada yang
bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini." Ulama itu menjawab, “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan
diri kepada-Nya rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berdzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya”
(Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab lghatsatul Lahfan (1/72)

Ma'rifatullah yang benar jalan utama untuk meraih kesempurnaan lman
Anah l berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ 
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu (mengenal Allah l)"
 (Fathir 35. 28)

Dalam hadits yang shahih Rasulullah n bersabda:
 "Sesungguhnya aku adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah dan orang yang paling mengenal-Nya diantara kamu sekalian."
(HR al-Bukhari (no. 20) dari 'Aisyah c)
Imam lbnu Katsir v berkata:
 'Arti (ayat di atas), 'Hanyalah orang-orang yang berilmu dan mengenal Allah l yang memiliki rasa takut yang benar kepada Allah. Karena semakin sempurna pemahaman dan penegetahuan (seorang hamba)
terhadap Alah, Dzat yang rnaha mulia maha kuasa dan maha mengetahui, yang memiliki sifat-sifat yang maha sempurna dan nama-nama yang maha indah, maka ketakutan (hamba tersebut) kepada-Nya semakin besar pula."
(Tafsir Ibnu Katsir (3/729)
Inilah jalan utama bahkan jalan pintas untuk menyempurnakan keimanan dan penghambaan diri seorang mukmin kepada Allah l
Imam Ibnul Qayyim v menggungkapkan hal ini dalam ucapan beliau, "Perjalanan menuju Allah melalui jalur (memahami) nama-nama dan
sifat-sifat-Nya keadaannya (sungguh) sangat menakjubkan dan (pintu hidayah) yang dibukakan (melalui jalur ini) sangat agung. Seorang
hamba (yang menempuh jalur ini) sungguh telah dibawakan kepadanya kebahagiaan sejati (kesempumaan iman) saat dia tidur terlentang di atas tempat tidumya, tanpa merasa lelah dan bersusah payah ..."
(Kitab Thaliqut Hijratain, hlm. 334)

Ini bukan suatu yang mengherankan, terutama kalau kita memahami bahwa semua kedudukan mulia dan agung dalam Islam tidak akan mungkin dicapai kecuali dengan menyempurnakan pemahaman dan penghayatan kita terhadap kandungan nama-nama dan sifat-
sifat Allah l.
Karena masing-masing dari nama-nama dan sifat-sifat Allsh l memiliki pengaruh yang kuat dalam menumbuhsuburkan keimanan dan
Penghambaan diri kepada-Nya secara totalitas. Atau dengan kata lain penghambaan diri yang sempurna kepada Allah l dalam semua
bentuknya kembali kepada pemahaman dan penghayatan makna yang terkandung dalam nama-nama dan sifat-sifat Allah l.

Sebagai contoh, sifat Muraqabatullah (selalu merasa dalam pengawasan Allah l). Ini adalah sifat mulia dan kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, bahkan termasuk tahapan utama dalam menempuh perjalanan menuju ridha Allah l.
Hakikat muraqabatullah adalah seorang hamba selalu merasakan dan meyakini pengawasan Allah l terhadap (semua keadaannya) lahir dan batin. Dia merasakan pengawasan-Nya ketika berhadapan dengan perintah-Nya untuk kemudian dia melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, dan ketika berhadapan dengan larangan-Nya, untuk kemudian dia berusaha keras menjauhinya dan menghindarinya.
Inilah yang diungkapkan oleh Rasulullah n sebagai tingkatan tertinggi dalam Islam, yaitu kedudukan al-lhsan. Dalam hadits Jibril r yang terkenal, Rasulullah n bersabda:
“(al-Ihsan adalah) engkau beribailah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Ny a, kalau kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu”
(HR Muslim no 8)
Kedudukan tinggi ini hanya akan dicapai oleh seorang hamba dengan taufik dari Allah l, kemudian dengan pemahaman dan penghayatan
yang benar terhadap nama-nama dan sifat-sifat AIlah l, khususnya yang berhubungan dengan pengawasan, persaksian, penglihatan,
pendengaran dan pengetahuan-Nya yang maha sempurna. Misalnya, nama Allah l ar-Raqib (Yang Maha Mengawasi), asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan), al-Bashir (Yang Maha Melihat) dan al-Alim (Yang Maha Mengetahui).
Syaikh 'Abdurrahman as-Sa'di v memaparkan pembahasan penting ini dalam ucapan beliau, " Muraqabatullah adalah termasuk amalan hati yang paling tinggi (keutamaannya dalam Islam), yaitu menghambakan diri kepada Allah dengan (memahami dan mengamalkan makna yang terkandung dalam) nama-Nya ar- Raqib (Yang Maha Mengawasi) dan asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan). Maka, ketika seorang hamba mengetahui atau meyakini bahwa semua gerakan (aktifitas)", tidak ada (satu pun) yang luput dari pengetahuan-Nya, dan dia (senantiasa)
menghadirkan keyakinan ini dalam , semua keadaannya, ini (semua) akan menjadikannya (selalu berusaha) menjaga batin (hati)nya dari
(semua) pikiran (buruk) dan angan-angan yang dibenci Allah, serta menjaga lahir (anggota badan)nya dari (semua) ucapan dan perbuatan
yang dimurkai Allah serta dia akan beribadah atau mendekatkan diri (kepada Allah) dengan kedudukan al-ihsan, maka dia akan beribadah
kepada Allah seakan-akan dia melihat-Nya, kalau dia tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatnya.
Demikian pula sifat Tawakkal (selalu bersandar danberserah diri) kepada Allah l. Ini adalah sifat yang agung dan memiliki kedudukan sangat tinggi dalam Islam. Bahkan kesempurnaan iman dan tauhid dalam semua jenisnya tidak akan dicapai kecuali dengan menyempurnakan
tawakkal kepada Allah l. Allah l berfirman:
رَّبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا [٧٣:٩]
(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.
 (al-Muzzammil 73. 9)
Merealisasikan tawakkal dengan benar adalah sebab utama yang mengundang pertolongan Allah l bagi hamba-Nya.
 Alah l berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
 (ath-Thalaq 65. 23)
Kedudukan yang mulia ini juga hanya akan dicapai dengan taufik dari Allah l kemudian  dengan pemahaman dan penghayatan yang
benar terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah l, misalnya: al-Hasib (Yang Maha Memberi Kecukupan), al-Qawiyyu (Yang Maha Kuat), al-Matin (Yang Maha Kokoh), dan az-'Aziz (Yang Maha Perkasa), juga
kekhususan-Nya dalam sifat-sifat rububiyah, seperti menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, memberi manfaat
dan mencegah keburukan.
Kedudukan Mahabbatullah (mencintai Allah l) danmenjadikan-Nya lebih dicintai dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Ini merupakan ciri
utama orang yang merasakan manisnya iman dan kesempurnaannya, sebagaimana sabda Rasulullah n, "Ada tiga sifat, barangsiapa yang
memilikinya malu dia alun merasakann manisnya iman (kesempurnaan iman): menjadilwn Allah dan rasul-Nya Iebih dicintai daripada (siapapun) seIain keduanya, mencintai orang lain semata-mata karena Allah, dan
merasa benci (enggan) untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamakann oleh Allah sebagaimana enggan untuk dilemparkan ke dalam api”
(HR. al-Bukhari (no. 16 dan 21) dan Muslim (no. 43)

Kdudukan tertinggi dalam Islam ini hanya akan diraih dengan taufik dari Allahl kemudian dengan pemahaman dan penghayatan yang benar terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah l.
Imam Ibnul Qayyim v berkata,
"Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya"

jIuga kedudukan Ridha billahi rabban (ridha kepada Ailah sebagai Rabb), yang berarti ridha kepada segala perintah dan larangan-Nya kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan-Nya.
Ini adalah kedudukan yang sangat ti^ggi dalam Islam, bahkan ini merupakan ciri utama orang yang telah merasakan kemani'san dan kesempumaan imarn sebagaimana sabda Rasulullah n:
 "Akan merasakan kelezatan atau kemanisan iman (yaitu) orang yang ridha dengan Allah l sebagai Robb-nya dan islam sebagai agnmanya serta Nabi Muhammad n sebagai rasulnya"
(HR. Muslim no. 34)
Kedudukan agung ini hanya akan dicapai dengan taufik dari Allah l kemudian dengan pemahaman dan penghayatan yang benar terhadap sifat-sifat Rububiyah dan bahwa Dialah satu-satunya yang maha mampu melakukan semua itu, seperti menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, mengatur alam semesta, memberi manfaat dan mencegah keburukan.
Demikianlatu maka semua sifat dankedudukan tinggi dalam Islam hanya akan diraih dengan sempurna melalui pemahaman dan penghayatan
yang mendalam terhadap keindahan nama-nama Allah l dan kesempumaan sifat-sifat-Nya.
Sehingga hamba yang paling sempuma dalam keimanan dan penghambaan diri kepada Allah l dialah yang paling mengenal kandungan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Imam Ibnul Qayyim v berkata:
 "Orang yang paling sempurna dalam penghambaan diri (kepada Allah l) adalah orang yang menghambakan diri (kepada-Nya) dengan (memahami kandungan) semua nama dan sifat-Nya yang (bisa) diketahui oleh manusia,"

Cara untuk meraih Ma'rifatullah yang benar
Cara yang paling pertama dan utama adalah berdo’a kepada Allah l, karena di tangan-Nyalah segala kebaikan dan hanya Dialah yang
Mampu menganugerahkan semua sifat-sifat yang agung kepada hamba-Nya.
Oleh karena itu, Imam Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhir v berkata "Aku mengingat-ingat (merenung-red) apakah yang bisa menghimpun segala kebaikan? Karena kebaikan itu banyak, puasa, shalat (dan lain-lain). Semua kebaikan itu ada di tangan Allah l, maka jika kamu tidak mampu (memiliki) apa yang ada di tanganAllah l kecuali dengan memohon kepada-Nya agar Dia memberikan semua itu kepadamu,
berarti yang bisa menghimpun (semua) kebaikan adalah berdo’a (kepada Allah l)"
Kemudian berusaha memahami dan menghayati ayat-ayat al-Qur'an yang mayoritas isinya tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah
l serta penjabaran dari semua itu.
42 Diriwayatkan oleh Imam A[mad dalam kitab az-Zuhd, no.
1346).
Secara ringkas, Syaikh Abdur Rahman as-Sa'di v memaparkan cara untuk meraih ilmu yang agung ini melalui penghayatan terhadap
kandungan ayat-ayat al-Qur'an, yaitu dengan menghadirkan makna yang terkandung dalam nama-nama Allah yang maha indah dan berusaha meresapirya ke dalam hati, agr hati dapat merasakan pengaruh baik dari kandungan nama- nama tersebut dan dipenuhi dengan ilmu yang paling agung ini. Sebagai contoh:
v  Nama-nama Allah l yang mengandung sifat-sifat maha agung maha besar, maha mulia dan maha tinggi. Kandungan sifat-sifat
ini akan mengisi hati manusia dengan rasa pengagungan dan pemuliaan terhadap Allah.
v  Nama-nama-Nya yang mengandung sifat- sifat maha indah, maha baik, maha Penyayang dan maha dermawan. Kandungan sifat-sifat ini akan memenuhi hati manusia dengan kecintaan, kerinduan, selalu memuji dan bersyukur kepada-Nya.
v   Nama-nama-Nya yang mengandung sifat-sifat maha mulia maha memiliki hikmah atau bijaksana maha mengetahui dan maha kuasa atas segala sesuatu. Kandungan sifat- sifat ini akan mengisi hati manusia dengan rasa tunduk, tawaddhu' dan selalu mengakui kelemahan diri di hadapan-Nya.
v   Nama-nama-Nya yang mengandung sifat-sifat maha mengetahui segala sesuatu dengan terperinci, maha meliputi, maha mengawasi dan maha menyaksikan. Kandungan sifat-sifat ini akan menghadirkan di hati manusia perasaan selalu dalam pengawasan Allah l dalam semua gerakan maupun diamnya, selalu menjaga bisikan hatinya dari semua pikiran buruk dan keinginan rusak.
Nama-nama-Nya yang.mengandung sifat-sifat maha kaya dan maha lembut. Kandungan sifat-sifat ini akan mengisi hati manusia dengan.selalu
merasa butuh, tergantung dan menghadapkan diri kepada-Nya dalam setiap saat dan dalam semua keadaan.
Ilmu yang agung ini ketika meresap kedalam hati dengan sebab pemahaman yang mendalam terhadap nama-nama dan sifat-sifat
Allah l kemudian penghambaan diri kepada-Nya dengan kandungan nama-nama dan sifat-sifat tersebut, maka itu menjadi perkara yang
paling agung dan mulia bagi sgorang hamba di dunia. Bahkan inilah anugerah terbesar yang Allah l limpahkan kepada hamba-Nya dan
inilah inti serta ruh dari tauhid. Barangsiapa yang telah dibukakan baginya pintu yang agung ini maka sungguh ia telah pintu (menuju) tauhid yang murni yang sempurna."
(Lihat kitab al-Qaulus Sadid melalui perantaraan kitab Fiqhul Asma-il Husna, hlm. 16-17)

Penutup
Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kita untuk berusaha meraih kedudukan yang paling agung dalam
Islam ini dengan taufik dan hidayah-Nya.

44 Lihat ldtab al-Qaulus Sadid melalui perantaraan krtab Fiqhul
Asm6-il Husn6, hfm. 1 6-1 7)

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar