Home » » Keagungan dan kebesaran Allah

Keagungan dan kebesaran Allah

Written By faizin on Jumat, 18 Oktober 2013 | 23.41




 Keagungan dan kebesaran Allah l
(Disadur dan diringkas dari l'anatul Mustafid Syarah Kitabut Tauhid (II/316-318), karya Syaikh DR. Shaleh Fauzan bin Abdullah al-Fauzan v)
Seorang Ulama Yahudi datang kepada Rasulullah n dia berkata:
“Wahai Muhammad atau Wahai Abul Qasim kami mendapati (dalam Taurat) bahwa pada hari kiamat Allah l meletakkan langit-langit diatas satu jari, bumi-bumi diatas satu jari, pohon-pohon diatas satu jari, air dan tanah diatas satu jari dan seluruh makhluk diatas satu jari kemudian Allah menggerakkannya lalu berfirman:”Akulah Raja, Akulah Raja” Maka Nabi n tertawa (sehingga gigi gerahamnya terlihat) Karena senang mengakui kebenaran ucapan Ulama Yahudi tersebut. Kemudian beliau n membaca firman Allah:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ [٣٩:٦٧]
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(az Zummar 39. 67)  

Takhrij hadits:
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh:
1. al-Bukhari dalam Shahia-nya (no. 4811, 7414,
7415, 7451, 7513)
2. Muslim dalam Shahih-nya (no. 2786),
3. Ahmad (I / 429, 457),
4. An-Nasa-i dalam Kitab at-Tafstr (no. 470, 471, 472) dan as-Sunan al-Kubra (no. 1/386-1/388),
5. at-Tirmidzi dalam Sunannya (no. 3238, 3239),
6. Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid (1/180-181 no. 123,124, 128),
7. Ibnu Abi 'Ashim dalam Kitab as-Sunnah (no. 541, 544),
8. al-Ajurri dalam asy-Syari'ah (no. 736, 737, 738),
9. al-Lalika-i dalam Syarh Ushul I'tiqad Ahtis Sunnah wal lama'ah (no. 706),
10. 'Abdullah bin Imam Ahmad dalam Kitabus Sunnah (no. 490),
11.al-Baihaqi dalam al-Asma' was Shifdt (II/68-69),
12. Ibnu Mandah dalam ar-Radddu' alal Jahmiyyah (no. 64).
13. at-Thabari dalam tafsirnya (no. 30217-30219)
Hadits ini diriwayatkan juga dari Ibnu 'Umar z, Abu Hurairah z
'Abbas z,

Makna Mufradat
j, (habrun) artinya seorang dari pendeta
Y€hudi. Da lihai dalam mengolah, membaguskan
dan memperindah pembicaraan. Dinamakm, lnbr
(otattg alim) karena ilmunya beqpengaruh ke dalam
hati manusia.
6A : (ats-tsara)artinya tanah yang basah, dan maksudnya di sini adalahbumi.
,Ylly : sa-irul khalq)artinya yang tersisa dari mereka (dari makhluk yang lain).
F:rl, : (asy-syajaru) artnyatumbuhan yang mempunyai batang yang kuat, seperti pohon kurma dan yang lain. Maksudnya semua jenis pohon.
+\i : @azailjidzuhu), jamak dari LU
(nkjidzun), yaitu gigi geraham yang paling ujung, ada yang mengatakan : gigi taring. Ada juga yang mengatakan apa yang ada di antara gigi seri dan gigi geraham. Ada pula yang mengatakan, gigi yang terlihat pada saat tertawa.
t*j6 : (yahuzzuhunna), yaitu menggerakkannya.

Syarah Hadits
Seorang 'alim dari ulama yahudi menyebutkan kepada Nabi n, apa yang mereka dapatkan dalam kitab mereka, Taurat, yaitu
penjelasan tentang keagungan Allah, kecilnya semua makhluk di hadapan-Nya l, dan bahwa Allah meletakkannya di atas jari jemari-
Nya. Maka Nabi n membenarkannya, senang dengannya, dan membacakan ayat al-Qur’an yang membenarkannya.
Hadits-hadits di atas dan yang semakna dengannya menunjukkan keagungan Allah l, keagungan kekuasaan-Nya. Allah l telah memperkenalkan diri-Nya kepada para hamba-Nya dengan sifat-sifat-Nya dan keajaiban makhluk-makhluk-Nya. Semuanya menunjukkan dan mengenalkan kesempurnaan-Nya, bahwa Dia satu-satunya yang berhak
diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah-Nya. Firman Allah l:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ [٣١:٣٠]
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

 (Luqman 31. 30)
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ [٤١:٥٣]
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
(Fush-shilat 41. 53)

 Hadits-hadits di atas menetapkan sifat-sifat bagi Allah sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan-Nya dengan tanpa tamtsil (menyamakan dengan makhluk) dan juga menetapkan kesucian Allah ldari sifat-sifat
yang tidak layak tanpa ta'thil (penolakan dalil).
Inilah yang ditunjukkan oleh nash-nash al-Quran dan as-Sunnah, yang diyakini oleh salaful ummah dan para Imam mereka, dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik, serta meneladani jejak mereka di atas Islam dan iman.
Perhatikanlah apa yang terkandung dalam hadits-hadits shahih ini, Nabi n mengagungkan Rabb-nya dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Nabi n membenarkan berita orang-orang Yahudi tentahg sifat-sifat Allah yang menunjukkan kebesaran-Nya.
Perhatikanlah hadits-hadits ini, beliau n menetapkan sifat Uluww (sifat ketinggian) bagi Allah l di atas 'Arsy-Nya. Nabi n bersabda tentang sifat-sifat Allah dengan jelas dan tegas.
Menetapkan sifat tangan bagi Allah l menetapkan sifat jari-jemari Allah l. Sesungguhnya Allah Mahabesar, semua makhluk-Nya berada di jari-jemari Allah l, langit dan bumi digenggam di tangan kanan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar. Langit digulung oleh Allah l seperti menggulung lembaran kertas. Allah l berfirman:
يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(Yaitu) pada hari Knmi menggulung langit sebagai menggulung Iembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janii yang pasti Kami tepati, sesungguhnya kamilah yang akan
melaksanakannya."
(al-Anbiya 21. 104)

Kita wajib menetapkan semua sifat-sifat Allah sebagaimana yang Allah l tetapkan dalam al- Qur'an dan ditetapkan oleh Rasulullah l. Tidak
boleh seorangpun mengingkarinya, mentakwil atau mentahrif (memalingkan dari makna yang sebenarnya kepada makna yang lain) dan tidak boleh tamtsil atau tasybih (menyamakan Allah dengan makhluk-Nya).
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
 Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dia-Iah Yang Maha mendengar dan Maha melihat
(asy-Syura 42. 11)
Para Shahabat z menerima sifat-sifat Rabb yang dijelaskan dan ditetapkan oleh Nabi n berupa Sifat-sifat kesempumaan dan sifat-sifat keagungan. Mereka mengimaninya, Mereka beriman kepada
kitab Allah dan sifat-sifat Allah yang Maha Mulia lagi Maha tinggi yang terkandung di dalamnya, sebagaimana Allah l berfirman:
وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا
. . . Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami"
(Ali 'Imran 3. 7)
Demikian pula Para tabi'in dan tabi'ut tabi'in, para Imam, baik dari kalangan ahli hadits maupun ahli fiqih, seluruhnya menyifati Allah l. dengan sifat-sifat yang Allah sematkan dan tetapkan untuk diri-Nya serta sifat-sifat yang dipergunakan oleh Rasul-Nya untuk Allah l. Mereka tidak
memungkiri sifat-sifat Allah l sedikitpun.
Tidak ada seorangpun dari mereka yang berkata, "Maksud dari ayat-ayat tentang sifat ini bukanlah zhahirnya atau bukan yang tersurat."
Tidak ada juga yang mengatakan bahwa menetapkan ataupun mengakui sifat-sifat itu sebagai sifat bagi Allah l berarti menyamakan
Allah dengan makhluk. Bahkan sebaliknya, mereka sangat mengingkari siapa saja yang mengatakan demikian dengan pengingkaran yang keras. Demi membantah syubhat-syubhat ini mereka menulis kitab-kitab besar yang terkenal yang ada di tarrgnn Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v berkata,
"Ini adalah kitab AIlah l dari awal hingga akhir, Sunnah Rasulullah n, perkataan Para Shahabat n dan tabi'in, perkataan Ulama-ulama
lainnya menetapkan, baik dalam bentuk nash maupun dalam bentuk zhahir bahwa Allah di atas segala sesuatu, di atas langit-Nya, Allah
di atas 'Arsy-Nya, bersemayam di atasnya, sebagaimana firman Allah l:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ 
Kepadanyalah naik perkataan perkataan yang baik dan amal shalih dinaikkanNya
(Fathir 35. 10)

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ [٦٧:١٦]
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?
أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ [٦٧:١٧]
atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?
(al-Mulk 67. 16-17)
Firman Allah l:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ [٣٢:٥]
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu
 (as-Sajdah 32. 5)
يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ
Mereka takut kepada Rabb mereka yang di atas mereka
(an-Nahl 16. 50)
تَنزِيلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى [٢٠:٤]
yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ [٢٠:٥]
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy.
(Thaha 20. 4-5)

Para Imam v telah menyebutkan perkataan-perkataan pada Shahabat dan tabi'in dalam kitab-kitab yang mereka susun untuk membantah orang-orang yang mengingkari sifat-sifat Allah l seperti kalangan Jahmiyyah, Mu'tazilah, Asy'ariyyah dan semisal mereka.
Diriwayatkan Sufyan bin Uyainah z bahwa dia berkata, 'Ketika Rabi'ah bin Abdurrahman ditanya, 'Bagaimana Allah bersemayam?' Dia menjawab, “Bersemayam telah diketahui, bagaimananya tidak diketahui, risalah (agama) itu dari Allah, tugas Rasul menyampaikan, dan kewajiban kita, adalah mengimani”
(Al-Laalika-i dalam Syarah Ushul I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jama'ah (no. 665)
Ibnu Wahab v berkata:
 “Kami pernah duduk bersama Imam Malik
v, kemudian seorang laki-laki masuk dan berkata, "Wahai Abu Abdullah, "(firman Allah l) Rabb Yang
Maha pemurah yang bersemayam di atas 'Arsy." Bagaimana Dia bersemayam?” Imam Malik v tertunduk dan berkeringat, lalu dia menjawab,
"Rabb Yang Maha Pemurah bersemayam di atas' Arasy adalah sebagaimana yang Allah sifatkan, untuk Diri-Nya, dan tidak pantas bertanya bagaimana? Karena tentang bagaimananya tidak dapat
diketahui. Kamu adalah pelaku bid'ah. Keluarkan dia!" Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Asma was Shifat dengan sanad shahih dari Ibnu Wahab. Dia juga meriwayatkannya dari Yahya bin Yahya, dan lafazhnya, Malik v menjawab,
"Bersemayam telah diketahui, bagaimananya tidak diketahui, beriman kepadanya adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid'ah."
Adz-Dzahabi v berkata, "Lihatlah mereka, bagaimana mereka menetapkan sifat bersemayam bagi Allah l.  Mereka mengabarkan bahwa makna bersemayam itu telah diketahui, lafazhnya tidak memerlukan penafsiran, dan mereka menafikan pengetahuan tentang bagaimana sifat (cara) bersemayam tersebut.
Dari Ali bin al-Husainbin Syaqiq, dia berkata, aku mendengar Abdullah bin al-Mubarak v berkata:
“Kami mengenal Rabb kami bahwa Dia di atas langit-Nya yang tujuh, bersemayam di atas' Arsy, terpisah dari makhluk-Nya, dan kami tidak berkata seperti perkataan Jahmiyyah."
(Shahih: HR. Ad-Darimi dalam ar-Raddu'alal Jahmiyyah (no. 6) dan Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah (no.22, 598)

Al-Auza'i v berkata”
 "Kami berkata dengan para tabi'in yang berjumlah besar (banyak), “Sesungguhnya Allah l terpisah dari makhluk-Nya, dan kami beriman kepada apa yang tercantum di dalam as-Sunnah"
(Shahih: HR. al-Baihaqi dalam Asm6' was Shifht (IIl150) Sanadnya jayyid (Fathul Bari, XIIV 406)

Kemudian dia menyebutkan dengan sanadnya, dan Malik, dia berkata, " Allah di atas langit dan ilmu-Nya di segala tempat."
al-Hafizh adz-Dzahabi v berkata:
 "Orang yang pertama kali terdengar darinya ucapan pengingkaran terhadap keberadaan Allah di atas 'Arsy adalah al-Ja'ad bin Dirham. Dia juga mengingkari seluruh sifat-sifat Allah l kemudian ia dibunuh oleh Khalid bin 'Abdullah al-Qasri, sebagaimana kisahnya terkenal.
Lalu tokoh Jahmiyyah yaitu Jahm bin Shafwan mengambil perkataan (keyakinan) ini darinya. Kemudian ia memunculkannya dan berhujjah
dengan syubhqt-syubhat. Hal itu terjadi di akhir masa tabi'in, maka ucapannya diingkari oleh para Imam di masa itu, seperti al-Auza'i v, Abu
Hanifah v, Malik v, al-Laits bin Sa'ad v, ats-Tsauri v, Hammad bin Zaid. v, Hammad bin Salamah, Ibnul Mubarak dan imam-imam pembawa panji hidayah sesudah mereka.
Imam asy-Syafi'i v berkata:
 "Allah l mempunyai nama-nama dan sifat-sifat. Tidak patut bagi seseorerng pun untuk menolaknya.
Barangsiapa menyelisihinya setelah hujjah tegak atasnya, maka dia kafir. Adapun sebelum tegaknya hujjah, maka dia masih bisa dimaklumi karena
kejahilan. Kami menetapkan sifat-sifat ini dan menafikan tasybih (keserupaan dengan makhluk) dari-Nya sebagaimana Allah menafikan tasybih dari Diri-Nya. Allah l berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah Yang Maha mendengar dan Mahamelihat."
(asy- Syura 42. 11)

Allah l menetapkan nama-nama dan sifat. Allah l menetapkan bagi diri-Nya sifat mendengar, melihat, hidup, berkuasa, memiliki dua tangan wajah, ilmu, dan sifat-sifat lainnya.
Allah menetapkan bagi diri-Nya semua sifat-sifat yang sempurna. Maka barangsiapa mengingkari atau menakwilkan berarti dia telah berbuat ilhad (mengingkari nama-nama dan sifat-sifat-Nya).
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [٧:١٨٠]
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(al-A'raf 7. 180)
Firman Allah l yang artinya, "Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan." merupakan ancaman keras dari Allah l terhadap orang-orang yang menyalahi nama-nama Allah dan sifat-Nya.
Dalam hadits di awal pembahasan ini, Nabi n membacakan ayat:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
"Dan mereka tidak mengngungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya..."
(az- Zumar 39. 67)

Ayat ini mencakup:
1. Orang-orang yang mengingkari adanya Allah l, yaitu kaum Dahriyyun
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ [٤٥:٢٤]
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
 (al-Jatsiyah 45. 24)
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ [٥٢:٣٥]
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۚ بَل لَّا يُوقِنُونَ [٥٢:٣٦]
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).
(at-Thur 52. 35-36)
Mereka pada hakikatnya tidakmengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan.

2. Orang-orang Musyrikin yang mengakui adanya Khaliq (Pencipta), Mudabbir (Pengatur alam semesta), Muhyi (Yang Menghidupkan),
Mumit (Yang Mematikan), yaitu Allah l
Tapi mereka menyembah selain Ahh atau mereka beribadah kepada Allah tapi juga bersamaan dengan itu ia menyembah tuhan
yang lain, seperti menyembah berhala, batu, pohon; kubur, benda-benda mati dan lainnya.
Mereka pada hakikatnya tidak menghargai Allah l dengan sebenarnya. Padahal yang mereka sembah tidak bisa menciptakan, tidak bisa memberi rezeki, tidak bisa memberikan manfaat, tidak bisa menolak bahaya bahkan tidak bisa menghidupkan dan mematikan.
Seperti orang-orang yang datang ke kubur untuk meminta sesuatu kepada mereka, meminta hajat kepada mereka bahkan ada yang
thawaf di kuburan. Mereka pada hakikatrya tidak mengagungkan Allah l dan tidak memuliakannya. Mereka telah berbuat syirik yang besar.

3. Demikian juga orang-orang yang mengingkari nama-nama dan sifat Allah, yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan. Begitu juga orang
yang mentakwil sifat-sifat Allah l atau memaknainya dengan makna yang lain atau dengan makna zhahir dan batin atau orang yang menyamakan Allah l dengan makhluk-Nya. Pada hakikatnya mereka ini tidak mengagungkan Allah l, seperti orang-orang yang mengingkari tentang keberadaan Allah l di atas 'Arsy-Nya. Mereka mentakwilkannya dengan arti kekuasaan atau lainnya. Pada hakikatnya mereka ini
tidak mengagungkan Allah l, Begitu juga orang-orang yang mengartikan Tangan Allah dengan kekuasaan atau nikmat. Begitu
juga orang yang mengatakan bahwa ayat atau hadits ini tidak jelas tentang sifat Allah atau mengatakan bahwa itu adalah kiasan atau
mengatakan bahwa itu bukan hakikatnya.
Mereka ini pada hakikatnya tidak menghargai dan tidak mengagungkan Allah l. Mereka tidak beradab kepada Allah l.

4. Orang yang tidak beriman kepada qadha' dan qadar yang baik dan buruk dan tidak beriman dengan kekuasaan Allah, bahwa Allah
Maha berkuasa atas segala sesuatu. Orang yang tidak mengimani ini, maka ia tidak mengagungkan Allah l dengan sebesar-besar pengagungan. Dan masih banyak contoh yang lainnya.

Fawaid Hadits
1. Penjelasan tentang keagungan Allah l dan ke-Mahabesaran Allah l. Allah Mahabesar, Allah Mahaberkuasa, Allah Mahaagung.
Semua nama-nama Allah adalah nama-nama yang paling indah dan semua sifat-sifatnya adalah sifat yang tinggi dan sempurna.
2. Seluruh makhluk, langit, bumi, dan seluruh isinya adalah sangat kecil dibandingkan Allah Yang Mahatinggi dan Mahabesar.

3. Menetapkan kedua tangan, jari-jari yang hakiki bagi Allah l yang sesuai dengan keagungan dann kemuliaan-Nya
4. Ilmu yang mulia ini terdapat dalam Taurat dan mereka tidak mengingkarinya dan tidak mentahrifnya (merubah-rubahnya).
5. Menerima kebenaran yang datang sesuai dengan al-Qur'an dan as-Sunnah meski disampaikan oleh orang Yahudi.
6. Nabi n bergembira dan tertawa karena mernbenarkan apa yang terdapat dalam Taurat itu sesuai dengan yang ada dalam al-
Qur'anul Karim.
7. Pada hari Kiamat langit dan bumi akan dilipat dengan tangan kanan Allah Yang Mahamulia.

8. Orang-orang Yahudi, Nasrani, kaum Musyrikin mereka tidak mengagungkan Allah l dengan pengagungan yang benar.
9. Orang-orang yang mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah l. , orang-orang yang mentakwil/mentahrif sifat-sifat Allah pada hakikatnya mereka tidak mengagungkan Allah l dengan pengagungan yang benar.
10. Allah l pencipta seluruh makhluk dan hanya Allah l yang berkuasa sementara seluruh kekuasaan makhluk itu akan binasa.
11. Wajib menetapkan Allah l itu Maha Tinggi dan Allah bersemayam di atas 'Arsy sebagai bantahan kepada Jahmiyyah, Mu'tazilah; dan
Asy'ariyyah.
12. Menetapkan ilmu Allah l yang meliputi segala sesuatu bahwa tidak ada satu pun di langit dan di bumi yang terluput dari ilmu Allah l.
13. Wajib mengesakan Allah l dalam rububiyyah, uluhiyyah, dan iugu dalam nama dan sifat-sifat-Nya.

14. Allah Maha besar yang menciptakan seluruh makhluk maka AIlah l satu-satunya yang wajib diibadahi. Hanya Allah l saja yang dapat menghidupkan, mematikan, memberikan manfaat, menolak bahaya memberikan rezeki, dan mengumpulkan selunrh makhluk di
hadapan-Nya pada hari Kiamat.
15. Keagungan Allah l dan kebesaran-\Nya semestinya menimbulkan kecintaan, ketundukan, ra'sa hina, rasa takut, dan berharap hanya kepada Allah l.  Allah l satu-satunya Dzat yang wajib diibadahi
dengan ikhlas dan benar.

Maraaji:
1. al-Qur'an dan terjemahnya
2. Tafsir ath-Thabari
3. Tafsir lbnu Katsir
4. Kutubus Sittah
5. Musnad Imam Ahmad, dan kitab-kitab hadits lainnya
6. ar-Rndd'alal lahmrya4
7. Syarah llshfrl l'tiqhd Ahlus Sunnah wal lama' ah
8. Kitilbut Tauhid.,_karya Muhammad bin Ishaq bin
khuzaimah . Tfrtqiq : Samir Az-Zrthairi
9. Ktfrbul Asmi' was Shiffrt, karya hnam al-Baihaqi
L0. Maintfr' Fatfrwk, karya Syaildrul Islam Ibnu
Taimiyyah
11". IjfimA ul fuytrsy.al-lslfrmtyyah 'ala Ghazwil Mu'ath-'
thilhh wal lahmUyoh, karya Ibnul Qayyim al-
lauziyyah
L2. Fathit Bkri, karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-
Asqalani
1-3. Mukhtashar al:Uluutw lil 'AlWil 'kihtm, karya
Imam adz-Dzahabi
14. Fathul Majtd Syarah Ktilbut Tauhtd, karya Syaikh
Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh
1-5. l'knatuJ Mustffi Syarah Ktdbut Tauhtd, karya
Syaikh DR. Shaleh bin Fauzan al-Fauzan
L6
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar